Sampai umur lima tahun, orangtua harus memperlakukan anaknya sebagai raja. Dalam sepuluh tahun berikutnya sebagai pelayan, dan setelah umur enam belas tahun ke atas harus diperlakukan sebagai kawan
Rajawat panca warnesu dana warnesu dasawat,
Mitrawat sodanawarsa ityetat ptranasanam.
(Slokantara, 22)
Musim hujan telah tiba. Anak-anak senang bermain hujan. Dibawah guyuran hujan anak menari dan berlari. Anak juga bermain dengan kubangan air kotor. Anak demikian gembira. Tiba-tiba ibu datang,melihat anak bermain kubangan air kotor. Bentakan,kata-kata kasar meluncur dari mulut ibunya. Kegembiraan yang semula terpancar dari anak seketika berubah menjadi bencana.
Tak hanya dengan hardikan,ibu juga mencubit paha anak. Tak puas sampai disana, sapu lidi menjadi senjata ibu. Maksud hati ingin menghindarkan anak dari air kotor yang bisa membawa bibit penyakit,tetapi perlakuan ibu justru membuat bibit kebencian pada anak. Bibit yang bisa membuat sang anak memiliki kepribadian kasar dimasa mendatang.
Anak bukanlah orang dewasa bertubuh mini. Anak itu unik. Anak memiliki perkembangan psikologi di tiap umurnya. Perlakuan yang tepat di tiap masa perkembangan mampu membuat anak tumbuh secara baik. Orang tua perlu mengetahui perkembangan psikologi anak.
Sebagaimana saat kita menanam padi tentu memiliki proses dan perlu ketekunan untuk merawat. Padi perlu air cukup,pupuk serta pembersihan dari hama dan gulma yang mengganggu. Waktu pemberian air dan pupuk juga haruslah tepat. Demikian juga dengan mendidik anak. Orang tua merupakan guru yang pertama dan utama(Guru Rupaka) anak. Rumah merupakan tempat pertama anak belajar. Rumah tempat pertama anak mendapat pendidikan.