iklan

Kopi Jahe

Kopi Jahe merupakan sajian yang harus dinikmati. Perjalanan ke Jogya kali ini memang spesial karena daftar tempat kunjungan berburu kopi sudah disiapkan beberapa minggu sebelum keberangkatan. Salah satunya adalah Filkop Jogya yang menjadi tujuan utama. Namun kali ini saya tidak menceritakan tentang kunjungan ke Filkop Jogya. Untuk Filkop Jogya akan saya ceritakan di tulisan lain.

Dan selalu ketika bicara Jogya saya teringat lagu KLA Project, Jogyakarta…. Menyusuri Jogya kala itu seperti dalam satu bait lagu Kla Project tersebut “…Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi….”. Padahal saya ke Jogya juga tidak sering-sering amat. Bahkan walaupun bapak saya asli orang Jogya, bisa dihitung berapa kali dalam seumur hidup saya untuk pulang k Jogya.

Sampai akhirnya tiba di pasar Legi di Kotagede. Namanya pasar pasti banyak yg jualan, termasuk ada satu pedagang yang hanya jualan jahe, itupun hanya jahe emprit. Jahe emprit atau jahe mungil biasanya dipakai untuk bahan minuman, seperti “Wedang Uwuh” minuman yang asal muasalnya hanya disajikan di dalam lingkungan keraton Jogya. Si bapak pedagang jahe emprit ini saya hampiri, saya tanyakan untuk apa jahe emprit ini selain untuk wedang uwuh.

Bapak si pedagang sambil memilah-milah ukuran jahe dagangannya berkata, “Banyak mas, bisa langsung diseduh air panas ditambah gula batu, jadi minuman jahe penghangat tubuh. Tapi biasanya saya buat untuk campuran, jadi seduhan kopi jahe. Ditambah gula merah, jd minuman yg nikmat….”

Tertarik dengan kopi jahe lalu saya beli 1/2kg yang hanya dihargai 18rb rupiah. Saya tidak tahu apakah murah atau mahal harga sebesar itu. Dan setelah tahu kalau di Jakarta bisa mencapai 70-80rb per kilo, beberapa minggu kemudian, ada penyesalan kenapa tidak beli 5 kg misalnya…. Lumayan murah jahe emprit di pasar Legi ini.

Kopi Jahe

Di rumah lalu saya mencoba-coba seduhan ini, berbekal dari resep pedagang jahe emprit di pasar Legi.  Akhirnya didapat resep hasil beberapa kali percobaan dengan berbagai jenis kopi, takaran yang berbeda-beda. Sampai dengan cara menyeduhnya. Dan  tentunya berburu jahe emprit di beberapa pasar di Jakarta, termasuk lewat online shop seperti Tokopedia.

Rebus air dengan satu ruas jahe emprit yang telah dibersihkan dan di-geprek (pukul dengan palu) agar rasa jahe mudah tercampur dalam air. Jika perlu tambahkan beberapa butir cengkeh dan kayu manis. Rebusan air jahe ini kemudian diseduhkan ke dalam kopi dengan giling kasar bila ingin dibuat kopi tubruk. Atau dengan gilingan kopi medium untuk sajian V-60 bila tidak ingin menyertakan ampasnya. Campur gula aren sebagai pemanis atau dengan susu kental manis. Jadilah Kopi Jahe Emprit. Kenapa harus dengan jahe emprit, ini semata karena memang masalah selera saja. Boleh saja dengan jahe merah atau jahe jenis lainnya.

Ilustrated by PoyArt, “Kopi Jahe…”

Ada hal yang perlu juga dipertimbangkan untuk jenis kopi yang cocok. Umumnya kopi jenis robusta menjadi pilihan yang baik untuk seduhan ini. Dan karena kopi jahe tidak semata-mata hanya rebusan air jahe dan kopi saja tapi penentu kesuksesan seduhan ini adalah pemanisnya, jenis gula merah aren atau gula semut sangat dianjurkan. Penambahan gula merah agar pahitnya kopi robusta yang ketika dicampur jahe yang mempunyai rasa dominan tidak menyebabkan penikmat menjadi kepahitan dan juga kepedasan karena rasa jahe. Kombinasi yang pas antara kopi, jahe dan gula merah membuat rasa seduhan kopi ini sangat sensasional, sangat kampung sekali, seperti di sebuah kampung di pedalaman Jogya yang ngangenin..…

Mau tahu tentang kopi sehat? Baca di sini

iklan
- Advertisement -spot_img
Praba Arif
Praba Arif
Tentang kopi dan pengalaman menyeduh
iklan

Latest post

iklan
Register Jadi Penulis Klik Disinispot_img

Popular dalam 7 hari

iklan

Cerpen

Sang Bidadari

Akhir Cinta Ariska

Pupus Harapan

Bukan Cinta Biasa

[WPPV-TOTAL-VIEWS]

Related news

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini