“Apakah Gerangan Agamanya?”
Pelacur itu menangis sedu
Tubuh bernanah
Hilang arah
Menyelimuti diri dari debu
“Wahai Pendeta, sudikah kiranya kau buka Altar suci untuk pelacur sepertiku?”
“Apakah gerangan Agamanya?”
Pencuri itu berwajah lebam
Hilang arah
Mata merah
Kaki patah
“Duhai Ustaz, bantulah tuk taubat, katakan pada Allah, sungguh daku takut mati pada penghakiman manusia?”
“Apakah gerangan Agamanya?”
Penzinah itu hampir mati
Dipukul, dilempar batu dan dicambuk berkali-kali
Diarak keliling desa
Diamuk dan dihajar massa
“Oooooh para Pemimpin, adakah tempat terbaikmu untuk berlindung? Sebelum mati dan selangkah lagi ke neraka?”
“Apakah gerangan Agamanya?”
Pembunuh berlari kencang
Terhunus pedang
Tubuh penuh darah
Ajal kan ditempuh
“Dengan segala hormat Biksu tak pernah berdosa, terimalah permohonan maaf ini?”
“Apakah gerangan Agamanya?”
Pelacur, pencuri, penzinah dan pembunuh berteduh pada dinginnya dahan
Menangis dan teriak histeris, tak ada naungan
Lelah mengais perlindungan
Hati penuh kepasrahan
Yang ada hanya cinta penerimaan, kedamaian dan ketulusan
Neraka dan surga dalam pelukan